Kamis, 01 Mei 2014


Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
A.        Pengantar Filsafat
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika (berasal dari kata dialog yang berarti komunikasi dua arah). Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
 Filsafat adalah merupakan proses berfikir secara mendasar untuk mencari sesuatu hakikat. Orang yang berfilsafat disebut filosof. Apa yang kita ketahui dari semenjak kita mulai bisa berfikir hingga sekarang,itu semua berasal dari filsafat. Sehingga filsafat disebut juga induk dari segala ilmu. Berfilsafat bisa diartikan dengan berfikir.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan ciri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula.
Dalam Ilmu filsafat memiliki obyek yang disebut obyek material dan obyek formal
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logiskonsisten dan efisien, maka dihasilkanlah  sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi  (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
 Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu".  Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan.   Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.   Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.  Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

Contoh filsafat dari Aristoteles
1.    Penjelasan tulisan Aristoteles
Di dalam buku Metaphysics, Aristoteles menulis “... Kita boleh bertanya apakah kata-kata seperti berjalan, duduk, sehat itu ada?. Bukankah yang ada itu ialah pekerjaan ‘berjalan, duduk, atau sakit’. Kegiatan itu dianggap lebih nyata karena ada sesuatu yang pasti yang mendasarinya, yaitu benda atau orang....” Dalam hal ini, Aristoteles mulai dengan kenyataan bahwa orang tidak menggunakan kata kerja kecuali berhubungan dengan subjek yang dalam hidupnya memang menjalankan pekerjaan-pekerjaan seperti berjalan, duduk, dan sakit. Dari kenyataan ini, Aristoteles berkesimpulan bahwa benda itu mempunyai keberadaan yang lebih bebas dari kata kerja, benda itu lebih pokok daripada kegiatan.

Penjelasan tentang Benda adalah suatu kata yang dalam penggunaannya sering dapat dipetukarkan dengan kata-kata semisal 'obyek', 'materi', 'zat' dan 'barang'.

Penjelasan tentang Subyek adalah pokok bahasan, pokok kalimat, materi, tema. Contoh: "Kamu ditangkap polisi" dan "polisi menangkap kamu" memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu "polisi" sedangkan subjeknya berbeda: "kamu" dan "polisi".

Penjelasan tentang Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal  dengan  pikiran  (misalnya cinta).

Kata benda (nomina) adalah jenis kata dalam Bahasa Indonesia yang dapat diterangkan menggunakan jenis kata-kata lain, misalnya kata sifat dan kata sandang. Contoh penggunaan misalnya “ Mobil merah

Kata 'mobil' termasuk dalam jenis kata benda, sedangkan kata 'merah' termasuk dalam jenis kata sifat. Dalam contoh di atas, kata sifat 'merah' menerangkan kata benda 'mobil'. Kata 'benda' sendiri termasuk dalam kata-kata yang berjenis kata benda

Kata kerja ialah golongan kata yang menjadi inti dalam frasa kerja, sama ada yang berlaku atau dilakukan. Lazimnya kata kerja menunjukkan sesuatu perbuatan atau keadaan melakukan sesuatu.Contohnya, berjalan, makan, memakan, dimakan dan sebagainya. Kata kerja terbahagi kepada, kata kerja transitif (perbuatan melampau) dan kata kerja tak transitif (perbuatan tidak melampau).

     contoh penelitan filsafat yang menghasilkan ilmu, yaitu tentang ilmu Hadist
Syarat Kesahihan Hadis Menurut Imam Bukhari.
Dalam penentuan kesahihan hadis, Imam Bukhari sangat cermat. Syarat kesahihan hadis menurut Imam Bukhari begitu ketat, sehingga banyak hadis yang dinilai oleh Ulama Hadis lain sebagai hadis sahih, namun menurut Imam Bukhari tidak. (Baca perbandingan syarat kesahihan hadisdi sini) Hal inilah yang menjadi salah satu faktor sehingga mayoritas Ulama menempatkannya pada tingkatan pertama dalam kesahihan hadis.
Syarat kesahihan hadis menurutnya, adalah sebagai berikut:
a.    Sanad bersambung (muttashil), artinya tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis telah menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, mulai dari periwayat tingkat pertama sampai periwayat terakhir. Penerimaan hadis oleh seorang periwayat dari periwayat terdekat sebelumnya dalam suatu sanad. Al-Bukhari mengharuskan terjadinya pertemuan antara para periwayat terdekat itu, walaupun pertemuan itu hanya satu kali saja.
b.    Seluruh periwayat dalam sanad suatu hadis harus adil. Maksud adil di sini adalah menurut ilmu hadis, yaitu beragama Islam, Mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan memelihara muru’ah. Menurut Iman Mawardi, salah seorang tokoh mazhab Syafi’i, muru’ah adalah “ Menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kelihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina”.
c.     Periwayat bersifat dhabith, artinya orang yang kuat hafalannya tentang apa yang didengarnya dan mampu terhindar dari syadz dan illat.

Syadz adalah “hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya”. Bisa karena perawi yang lebih terpercaya tersebut lebih kuat hafalannya, lebih banyak jumlahnya, atau karena sebab-sebab lain yang membuat riwayatnya lebih dimenangkan, seperti karena jumlah perawi dalam sanadnya lebih sedikit.
Illat adalah sifat-sifat buruk yang menciderai kesahahihan suatu hadits. Cacat yang tersembunyi tersebut dapat terjadi pada sanad, dan matan ataupun juga pada keduanya. Dari ketiga aspek tersebut, aspek sanad yang paling banyak menjadi penyebab ada kecacatan hadits ini. Ibnu Hajar menyebut jenis hadits ini sebagai jenis hadits yang paling rumit dan hanya orang yang mendapatkan karunia pengetahuan yang luas dari Allah yang bisa memahaminya. Hal tersebut karena untuk menemukan illat (cacat) yang terkandung dalam hadits ini membutuhkan pengetahuan yang luas dan ingatan yang kuat tentang sanad, matan, urutan dan derajat perawi hadits

Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode,  dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Konsep dasar filsafat berawal dari kedudukan, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Dalam mempelajari filsafat ilmu kita harus mengenal dulu tentang karakteristik filsafat, ilmu serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama.
Karakteristik filsafat, Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin Ansori, bahwa filasat adalah meliputi  tentang hakikat tentang berfikir universal, berfikir  radikal, dan sistematis. Penjelasanya adalah :

1. Berfikir Universal
Universal artinya umum, berfikir universal merupakan cara berfikir yang pertama kali dari filsafat mengenai bagaimana filsafat memahami objek yang dilihat, diraba dan dirasakan oleh panca indra  secara global atau menyeluruh. Sebagai contoh dari pemikiran yang universal yakni sebelum manusia bisa menemukan pesawat terbang pastinya akan berfikir terlebih dahulu bagaimana sesuatu benda bisa melayang layang diangkasa seperti terbangnya se ekor hewan berupa capung, burung dan sebagainya. Berfikir universal bukan pada  capung dan burungnya melainkan inti objek yang diamati secara universal adalah bisa terbangnya.

2. Berfikir Radikal 
   Radikal berasal dari bahasa latin “radix” dan artinya akar (pohon), bila dimaknai dalam sifat sesorang maka artinya sesorang yang mengerti dengan mendasar, dan apabila dimaknai dalam perubahan adalah perubahan yang menyeluruh atau mendasar, namun pada kenyataannya kata radikal sekarang dikaitkan dengan hal-hal negative atau yang bersifat kekerasan sehingga menyebabkan penyimpangan makna. Berfikir radikal, secara definisi memang biasanya dapat diartikan dengan berfikir sampai pada akar-akarnya, kalau kita kritisi lagi, bahwa berfikir sampai keakar-akanya itu mempunyai arti sampai pada titik selesai, yaitu berfikir sampai pada ujung akarnya.
   Berbeda, jika memahami berfikir radikal dengan definisi, bahwa berfikir diartikan dengan maksimal, mendalam dan mendasar sampai ditemukanya kebenaran yang diyakini. Berfikir seperti Ini menunjukan bahwa proses berfikir hanya sebatas pada kemampuan saja.
Memang kebanyakan orang mengartikan berfikir radikal adalah berfikir sampai ke akar-akanya, tapi perlu difahami terlebih dahulu tentang berfikir itu sendiri, apa dan bagaimana? Jika kita tidak mengetahui berfikir itu secara benar mungkin apa yang kita simpulkan dari berfikir radikal juga akan ikut salah kerena semua intinya adalah pada berfikir.
8
Berfikir adalah proses kinerja dalam otak untuk menghasilkan suatu kesimpulan, jawaban, solusi, atau kebenaran dari permasalahan-permasalahan yang di tangkap oleh panca indra. Terkadang kita salah mengartikan bahwa berfikir itu adalah otak, sedangkan otak itu adalah bentuk biologisnya, tapi intinya yang dimaksud dengan berfikir adalah proses kinerjanya. contohnya, masalah macet kendaraan dikota besar, akan timbul pertanyaan. Apa yang menyebabkan kemacetan?, apakah banyaknya mobil di jalanan?,  apakah karena kepadatan penduduk? disinilah seorang filosof berfikir secara radikal untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan kemacetan.

3. Berfikir Sistematis
Sistematis adalah meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Dengan kata lain berfikir sistematis adalah berfikir secara runtut, dari obyek yang satu keobyek berfikir lainya apakah ada korelasi hubungan sesuai dengan  kaedah-kaedah yang berlaku.
 Contohnya, Kita bisa melihat hubungan yang jelas antara curah hujan yang tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul, lalu menyebabkan aliran sungai yang sangat deras dan akhirnya menyembur ke daerah tertentu. Kondisi makin parah, apabila saluran air di daerah sangat buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang melimpah (banjir) dan kondisi tanah yang rawan hingga menyebabkan longsor.

4. Berfikir logis 
Berpikir logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional  dan masuk akal. Contoh, Ketika seorang peneliti melakukan metode ilmiah, maka pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah  dengan berpikir secara logis, mulai dari saat pelaku ilmiah melakukan observasi/pengamatan, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian, mengumpulkan  data, mengolah dan menganalisis data, hingga menarik kesimpulan. 
Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan menjadi dua, yaitu berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif.  Deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus. Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis berfikir ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan.  Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan panca indranya. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut harus dikerjakan berdasarkan prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat dipertang  gungjawabkan.

B.    Pengetian Ilmu
Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
(Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud dari kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus
Proposisi dibagi menjadi 4 jenis :
1.  Bentuk: Tunggal dan jamak.
Contoh:
- Dewi Persik bernyanyi dan menari.
- Kakak memancing dan memakan ikan.
2.  Sifat: kategorial dan kondisional.
 a. Proposisi kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya tidak mempunyai syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari.
- Setiap rumah memiliki atap
b.   Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
-  Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
-          Jika air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.
2)        Proposisi disjungtif (pilihan) adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat tidak membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.
- Kakak membaca buku pelajaran atau komik.
3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua helm dipakai di kepala.
- Semua ayam betina berkotek.
Proposisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.
- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.

Ilmu, menurut Wikipedia Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar  pengetahuan  (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi (ilmu Pengetahuan).
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat.  Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris (monosentris mengandalkan mitos guna menjelaskan fenomena alam, sedangkan logosentris membuat manusia bisa membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga mampu keluar dari mitologi dan memperoleh dasar pengetahuan ilmiah. Ini adalah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti serta mempertanyakan dirinya dan alam raya).
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi cakupannya.

C.    Kegunaan Ilmu
SIAPA yang menghendaki kehidupan  di dunia sekaligus kehidupan akhirat hendaklah memiliki ilmu, ini merupakan janji agama. Menuntut ilmu tidak mengenal batas usia dan tidak pernah ada istilah tamat, semua orang boleh mengatakan dirinya atau orang lain sudah tamat dari lembaga pendidikan dan pada jenjang tertentu. Namun ia tidak bisa katakan dengan selesainya pendidikan dan menerima ijazah ia akan  berhenti mencari ilmu, malah banyak orang mengatakan bahwa dengan selesainya pendidikan, maka tanggung jawab keilmuan akan menjadi lebih berat.  Disamping juga dengan ilmu manusia akan terangkat derajat kehidupannya.
Ilmu yang berguna  didasarkan pada tujuan ibadah, menurut. Dr Mahdi Ghulsyani bahwa salah satu cara yang dapat menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah adalah dengan ilmu. Disamping tujuan ibadah secara langsung ilmu juga dapat :
Pertama, meningkatkan pengetahuan akan adanya Allah dan dapat meningkatkan ketaatan kepada-Nya. Sesuai dengan sabda Nabi,” Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan di dunia dan akhirat akan didapat dengan menggunakan ilmu, Sebaliknya kejahatan di dunia dan akhirat disebabkan karena kebodohan.”
 Kedua, secara efektif dapat membantu untuk mengembangkan kehidupan masyarakat dan dan dapat membawa masyarakat kepada apa yang akan mereka tuju, diantara tujuan masyarakat adalah mencari keridhaan Allah dan Allah akan menjamin orang tersebut akan mendapat kedudukan yang istimewa di sisi Allah dan dalam pandangan manusia yang lain. Sampai-sampai derajat yang di dapat manusia tidak hanya di dunia bahkan sampai di akhirat kelak.
Ketiga, membimbing kepada jalan kebaikan, dengan ilmu juga seseorang dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dikerjakan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan. Banyak orang yang berbuat dengan tidak mempunyai ilmu biasa akan berakhir dengan kerugian tidak hanya untuk dirinya tetapi juga kerugian untuk orang lain.
Keempat, dengan ilmu seseorang dapat menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat  untuk orang lain. Nabi menyebutkan “manusia yang paling dicintai-Nya adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya”.
Sebaliknya, bila menuntut ilmu tidak diniati karena Allah dan juga tidak memberi manfaat atau kebaikan kepada orang lain, Allah mengumpamakannya dengan”…keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal …(QS 62:5). Artinya kitab yang dibawa tidak dijadikan sebagai bahan bacaan dan juga tidak dijadikan pedoman dalam kehidupan, sehingga usaha yang dilakukan akan sia-sia.
Dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan, banyak ungkapan dalam Alquran yang mempunyai kesamaan makna dengan berpikir, antara lain adalah merenung dan memperhatikan serta kata-kata yang lain. Kata-kata ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan berpikir dalam kehidupan manusia. Selain berguna  untuk membedakan manusia dari makhluk lain, juga mengarahkan manusia kepada kesempurnaan hidup.
 Kitab Nashoihul Ibad karya Ibnu Hajar Al-Ashqolani disebutkan, menurut  pendapat jumhur ulama  berpikir akan membawa manusia menuju kesempurnaan.  Dan berpikir dapat dilakukan dengan lima hal :
Pertama, berpikir dalam hubungannya dengan tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah,  sehingga melahirkan ilmu dan keyakinan tentang Keagungan Allah. Diantara upaya untk ini adalah dengan memperhatikan, memahami, dan merenungkan penciptaan diri manusia dan  alam sekitarnya. Allah berfirman,”Dan di bumi terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yakin kepada Allah dan pada diri kalian, tidakkah kalian memperhatikan? (Q.S. 51:20-21)”
Kedua, berpikir tentang nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia, sehingga melahirkan rasa cinta dan syukur kepada-Nya. Rasa cinta terhadap nikmat Allah akan tercermin dalam perilaku dan selalu mengutamakan kewajiban terhadap Allah di atas kepentingan pribadi.
Ketiga, berpikir tentang janji-janji Allah dan meyakini bahwa janji Allah itu pasti, karenanya akan lahirlah rasa cinta dan rindu akan  Allah, hidup sellau optimistis, dan selalu menjadikan Alah sebagai sebab sari segala sesuatu. Allah memberikan apa yang dimaksud dengan kasab, dengan ini manusia akan rajin berusaha dan meyakini bahwa  Allah akan memberikan suatu sesuai dengan kadar usahanya. Kalau seseorang itu tekun bekerja dan berdoa, tentu dia akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diusahakan. Allah berfirman, “Allah menjanjikan orang-orang beriman dan beramal saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang terdahulu berkuasa.”
 Keempat, berpikir tentang ancaman Allah sehingga melahirkan rasa takut. Rasa takut akan ancaman Allah akan membuat seorang hamba takut berbuat maksiat kepada Allah, sehingga akan hati-hati dalam melangkah dan berbuat, ia selalu menjaga hati, pikiran dan akan selalu berprasangka baik kepada Allah.
 Kelima, berpikir tentang sejauh mana ketaatannya kepada Allah sehingga melahirkan gairah untuk beribadah. Karena ibadah merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah merupakan cerminan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.
 Dengan berpikir dalam lima hal tersebut, seseorang diharapkan  akan mencapai kemampuan intelektual, mental, dan spiritual yang berguna dalam menjalani hidupnya. Bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk lingkungannya. Dengan ilmu dan kemampuannya, ia dapat beroleh kebaikan tidak hanya di dunia tetapi juga kelak di akhirat.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar