Pengertian dan Ruang Lingkup
Filsafat Ilmu
A.
Pengantar Filsafat
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis.
Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal
dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan
Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat
berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun
tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika (berasal dari kata dialog yang berarti komunikasi dua
arah). Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika
bahasa.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat adalah merupakan
proses berfikir secara mendasar untuk mencari sesuatu hakikat. Orang yang
berfilsafat disebut filosof. Apa yang kita ketahui dari semenjak
kita mulai bisa berfikir hingga sekarang,itu semua berasal dari filsafat.
Sehingga filsafat disebut juga induk dari segala ilmu. Berfilsafat bisa
diartikan dengan berfikir.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak
semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik
atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan ciri-ciri berfikir
filsafat dengan bermacam-macam pula.
Dalam Ilmu filsafat memiliki obyek yang
disebut obyek material dan obyek formal.
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan.
Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu
ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu
adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara
umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai
atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien,
maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret
manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala
sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat.
Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam
setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga
yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Contoh filsafat dari
Aristoteles
1.
Penjelasan tulisan Aristoteles
Di dalam buku Metaphysics, Aristoteles
menulis “... Kita boleh bertanya apakah kata-kata seperti berjalan, duduk, sehat itu ada?. Bukankah yang ada itu ialah
pekerjaan ‘berjalan, duduk, atau sakit’. Kegiatan itu dianggap lebih
nyata karena ada sesuatu yang pasti yang mendasarinya, yaitu benda atau
orang....” Dalam hal ini, Aristoteles mulai dengan kenyataan bahwa orang
tidak menggunakan kata kerja kecuali berhubungan dengan subjek yang
dalam hidupnya memang menjalankan pekerjaan-pekerjaan seperti berjalan, duduk,
dan sakit. Dari kenyataan ini, Aristoteles berkesimpulan bahwa benda itu
mempunyai keberadaan yang lebih bebas dari kata kerja, benda itu lebih pokok
daripada kegiatan.
Penjelasan tentang Subyek adalah pokok
bahasan, pokok kalimat, materi, tema. Contoh: "Kamu ditangkap polisi"
dan "polisi menangkap kamu" memiliki pelaku/aktor yang sama, yaitu
"polisi" sedangkan subjeknya berbeda: "kamu" dan
"polisi".
Penjelasan tentang Nomina atau kata
benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi
menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak
untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan
pikiran (misalnya
cinta).
Kata benda (nomina) adalah jenis kata dalam Bahasa Indonesia yang dapat diterangkan menggunakan jenis kata-kata lain, misalnya kata sifat dan kata sandang. Contoh penggunaan misalnya “ Mobil merah “
Kata 'mobil' termasuk dalam jenis kata
benda, sedangkan kata 'merah' termasuk dalam jenis kata sifat. Dalam contoh di
atas, kata sifat 'merah' menerangkan kata benda 'mobil'. Kata 'benda' sendiri
termasuk dalam kata-kata yang berjenis kata benda
Kata kerja ialah golongan kata yang menjadi inti dalam frasa kerja, sama
ada yang berlaku atau dilakukan. Lazimnya kata kerja menunjukkan sesuatu
perbuatan atau keadaan melakukan sesuatu.Contohnya, berjalan, makan, memakan,
dimakan dan sebagainya. Kata kerja terbahagi kepada, kata kerja transitif
(perbuatan melampau) dan kata kerja tak transitif (perbuatan tidak melampau).
contoh penelitan filsafat yang menghasilkan ilmu, yaitu tentang ilmu
Hadist
Syarat Kesahihan Hadis Menurut
Imam Bukhari.
Dalam
penentuan kesahihan hadis, Imam Bukhari sangat cermat. Syarat kesahihan hadis
menurut Imam Bukhari begitu ketat, sehingga banyak hadis yang dinilai oleh Ulama
Hadis lain sebagai hadis sahih, namun menurut Imam Bukhari tidak. (Baca
perbandingan syarat kesahihan hadisdi sini) Hal inilah yang menjadi salah satu faktor sehingga
mayoritas Ulama menempatkannya pada tingkatan pertama dalam kesahihan hadis.
Syarat kesahihan hadis
menurutnya, adalah sebagai berikut:
a. Sanad bersambung (muttashil), artinya tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis telah
menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, mulai dari periwayat
tingkat pertama sampai periwayat terakhir. Penerimaan hadis oleh seorang
periwayat dari periwayat terdekat sebelumnya dalam suatu sanad. Al-Bukhari
mengharuskan terjadinya pertemuan antara para periwayat terdekat itu, walaupun
pertemuan itu hanya satu kali saja.
b. Seluruh periwayat dalam sanad suatu hadis
harus adil. Maksud adil di sini
adalah menurut ilmu hadis, yaitu beragama Islam, Mukallaf, melaksanakan
ketentuan agama dan memelihara muru’ah. Menurut Iman Mawardi, salah seorang tokoh mazhab Syafi’i,
muru’ah adalah “ Menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga
tidak kelihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina”.
c. Periwayat bersifat dhabith, artinya orang yang kuat hafalannya tentang apa yang
didengarnya dan mampu terhindar dari syadz dan illat.
Syadz adalah “hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya”. Bisa karena
perawi yang lebih terpercaya tersebut lebih kuat hafalannya, lebih banyak
jumlahnya, atau karena sebab-sebab lain yang membuat riwayatnya lebih
dimenangkan, seperti karena jumlah perawi dalam sanadnya lebih sedikit.
Illat adalah sifat-sifat buruk
yang menciderai kesahahihan suatu hadits. Cacat
yang tersembunyi tersebut dapat terjadi pada sanad, dan matan ataupun juga pada
keduanya. Dari
ketiga aspek tersebut, aspek sanad yang paling banyak menjadi penyebab ada
kecacatan hadits ini. Ibnu Hajar menyebut jenis hadits ini sebagai jenis hadits
yang paling rumit dan hanya orang yang mendapatkan karunia pengetahuan yang
luas dari Allah yang bisa memahaminya. Hal tersebut karena untuk
menemukan illat (cacat) yang terkandung dalam
hadits ini membutuhkan pengetahuan yang luas dan ingatan yang kuat tentang
sanad, matan, urutan dan derajat perawi hadits
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal
adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang
menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu. Objek
formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran
ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Konsep dasar filsafat berawal dari kedudukan, cakupan, tujuan dan fungsi
serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Dalam mempelajari
filsafat ilmu kita harus mengenal dulu tentang karakteristik filsafat, ilmu
serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama.
Karakteristik filsafat, Sesuai dengan definisi
Endang syaifuddin Ansori, bahwa filasat adalah
meliputi tentang hakikat
tentang berfikir universal, berfikir radikal, dan sistematis. Penjelasanya adalah :
1. Berfikir Universal
Universal artinya
umum, berfikir universal merupakan cara berfikir yang pertama kali dari
filsafat mengenai bagaimana filsafat memahami objek yang dilihat, diraba dan
dirasakan oleh panca indra secara global
atau menyeluruh. Sebagai contoh
dari pemikiran yang universal yakni sebelum manusia bisa menemukan pesawat terbang
pastinya akan berfikir terlebih dahulu bagaimana sesuatu benda bisa melayang
layang diangkasa seperti terbangnya se ekor hewan berupa capung, burung dan
sebagainya. Berfikir universal bukan pada
capung dan burungnya melainkan inti objek yang diamati secara universal
adalah bisa terbangnya.
2.
Berfikir Radikal
Radikal berasal dari
bahasa latin “radix” dan artinya akar (pohon), bila dimaknai dalam sifat
sesorang maka artinya sesorang yang mengerti dengan mendasar, dan apabila
dimaknai dalam perubahan adalah perubahan yang menyeluruh atau mendasar, namun
pada kenyataannya kata radikal sekarang dikaitkan dengan hal-hal negative atau
yang bersifat kekerasan sehingga menyebabkan penyimpangan makna. Berfikir radikal, secara definisi memang biasanya dapat diartikan dengan berfikir sampai
pada akar-akarnya, kalau kita kritisi lagi, bahwa berfikir sampai keakar-akanya
itu mempunyai arti sampai pada titik selesai, yaitu berfikir sampai pada ujung
akarnya.
Berbeda, jika memahami berfikir radikal dengan
definisi, bahwa berfikir diartikan dengan maksimal, mendalam dan mendasar
sampai ditemukanya kebenaran yang diyakini. Berfikir seperti Ini menunjukan
bahwa proses berfikir hanya sebatas pada kemampuan saja.
Memang kebanyakan orang mengartikan berfikir radikal adalah berfikir sampai
ke akar-akanya, tapi perlu difahami terlebih dahulu tentang berfikir itu
sendiri, apa dan bagaimana? Jika kita tidak mengetahui berfikir itu secara
benar mungkin apa yang kita simpulkan dari berfikir radikal juga akan ikut
salah kerena semua intinya adalah pada berfikir.
8
Berfikir
adalah proses kinerja dalam otak untuk menghasilkan suatu kesimpulan, jawaban,
solusi, atau kebenaran dari permasalahan-permasalahan yang di tangkap oleh
panca indra. Terkadang kita salah mengartikan bahwa berfikir itu adalah otak,
sedangkan otak itu adalah bentuk biologisnya, tapi intinya yang dimaksud dengan
berfikir adalah proses kinerjanya. contohnya,
masalah macet kendaraan dikota besar, akan timbul pertanyaan. Apa yang
menyebabkan kemacetan?, apakah banyaknya mobil di jalanan?, apakah karena kepadatan penduduk? disinilah
seorang filosof berfikir secara radikal untuk mengetahui akar permasalahan yang
menyebabkan kemacetan.
3.
Berfikir Sistematis
Sistematis adalah meguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Dengan
kata lain berfikir sistematis adalah berfikir
secara runtut, dari obyek yang satu keobyek berfikir lainya apakah ada korelasi
hubungan sesuai dengan kaedah-kaedah
yang berlaku.
Contohnya,
Kita bisa melihat hubungan yang jelas
antara curah hujan yang tinggi dengan kondisi hutan atau gunung yang gundul,
lalu menyebabkan aliran sungai yang sangat deras dan akhirnya menyembur ke
daerah tertentu. Kondisi makin parah, apabila saluran air di daerah sangat
buruk, sehingga tak bisa menampung aliran air yang melimpah (banjir) dan
kondisi tanah yang rawan hingga menyebabkan longsor.
4.
Berfikir logis
Berpikir logis adalah suatu proses berpikir dengan
menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Contoh, Ketika seorang peneliti melakukan metode
ilmiah, maka pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah dengan berpikir secara logis, mulai dari saat
pelaku ilmiah melakukan observasi/pengamatan, merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, melaksanakan penelitian, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, hingga
menarik kesimpulan.
Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan menjadi dua,
yaitu berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif.
Deduktif adalah penarikan kesimpulan
yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata
umum-khusus. Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis berfikir
ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka
kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan
mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan
lewat tangkapan panca indranya. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut harus
dikerjakan berdasarkan prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat
dipertang gungjawabkan.
B.
Pengetian Ilmu
Pengertian ilmu yang
dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu
adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau
metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca
indera manusia. Suatu cara menganlisis yang
mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam
bentuk: “jika,….maka…”
(Proposisi adalah pernyataan
dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau
salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud dari kedua-duanya ini adalah dalam
suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan
salah sekaligus)
Proposisi dibagi menjadi 4 jenis :
1. Bentuk:
Tunggal dan jamak.
Contoh:
- Dewi Persik bernyanyi dan menari.
- Kakak memancing dan
memakan ikan.
2. Sifat: kategorial dan kondisional.
a. Proposisi
kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya tidak
mempunyai syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari.
- Setiap rumah memiliki atap
- Semua bayi menangis di malam hari.
- Setiap rumah memiliki atap
b. Proposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Proposisi hipotesis
adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat
tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
-
Jika
air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.
2)
Proposisi
disjungtif (pilihan) adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan
predikat tidak membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.
- Kakak membaca buku
pelajaran atau komik.
3. Kualitas:
Afirmatif/positif dan negative.
Proposisi afirmatif adalah
proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya.
Contoh:
- Semua helm dipakai di kepala.
- Semua ayam betina berkotek.
- Semua helm dipakai di kepala.
- Semua ayam betina berkotek.
Proposisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak atau
tidak mendukung subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.
- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.
- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Proposisi universal adalah proposisi dimana
predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.
- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.
Ilmu, menurut Wikipedia Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu
bukan sekedar pengetahuan
(knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi
(ilmu Pengetahuan).
Filsafat dan ilmu pada
dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa
Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris (monosentris mengandalkan mitos guna menjelaskan fenomena alam, sedangkan logosentris membuat manusia bisa
membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga mampu keluar dari mitologi dan
memperoleh dasar pengetahuan ilmiah. Ini adalah titik awal manusia menggunakan
rasio untuk meneliti serta mempertanyakan dirinya dan alam raya).
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang
cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan
dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya.
Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun
kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi,
epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun
Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok
bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi
cakupannya.
C.
Kegunaan
Ilmu
SIAPA yang menghendaki
kehidupan di dunia sekaligus kehidupan akhirat hendaklah memiliki ilmu,
ini merupakan janji agama. Menuntut ilmu tidak mengenal batas usia dan tidak
pernah ada istilah tamat, semua orang boleh mengatakan dirinya atau orang lain
sudah tamat dari lembaga pendidikan dan pada jenjang tertentu. Namun ia tidak
bisa katakan dengan selesainya pendidikan dan menerima ijazah ia akan
berhenti mencari ilmu, malah banyak orang mengatakan bahwa dengan
selesainya pendidikan, maka tanggung jawab keilmuan akan menjadi lebih berat. Disamping juga dengan ilmu manusia akan
terangkat derajat kehidupannya.
Ilmu yang
berguna didasarkan pada tujuan ibadah, menurut. Dr Mahdi Ghulsyani bahwa
salah satu cara yang dapat menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah
adalah dengan ilmu. Disamping tujuan ibadah secara langsung ilmu juga dapat :
Pertama, meningkatkan
pengetahuan akan adanya Allah dan dapat meningkatkan ketaatan kepada-Nya.
Sesuai dengan sabda Nabi,” Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu.
Begitu juga kebaikan di dunia dan akhirat akan didapat dengan menggunakan ilmu,
Sebaliknya kejahatan di dunia dan akhirat disebabkan karena kebodohan.”
Kedua, secara efektif
dapat membantu untuk mengembangkan kehidupan masyarakat dan dan dapat membawa
masyarakat kepada apa yang akan mereka tuju, diantara tujuan masyarakat adalah
mencari keridhaan Allah dan Allah akan menjamin orang tersebut akan mendapat
kedudukan yang istimewa di sisi Allah dan dalam pandangan manusia yang lain.
Sampai-sampai derajat yang di dapat manusia tidak hanya di dunia bahkan sampai
di akhirat kelak.
Ketiga, membimbing kepada
jalan kebaikan, dengan ilmu juga seseorang dapat mengetahui mana perbuatan yang
harus dikerjakan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan. Banyak orang yang
berbuat dengan tidak mempunyai ilmu biasa akan berakhir dengan kerugian tidak
hanya untuk dirinya tetapi juga kerugian untuk orang lain.
Keempat, dengan ilmu
seseorang dapat menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang lain, karena
sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat untuk orang
lain. Nabi menyebutkan “manusia yang paling dicintai-Nya adalah yang paling
bermanfaat bagi keluarga-Nya”.
Sebaliknya, bila
menuntut ilmu tidak diniati karena Allah dan juga tidak memberi manfaat atau
kebaikan kepada orang lain, Allah mengumpamakannya dengan”…keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal …(QS 62:5). Artinya kitab yang dibawa tidak dijadikan
sebagai bahan bacaan dan juga tidak dijadikan pedoman dalam kehidupan, sehingga
usaha yang dilakukan akan sia-sia.
Dalam hubungan
dengan ilmu pengetahuan, banyak ungkapan dalam Alquran yang mempunyai kesamaan
makna dengan berpikir, antara lain adalah merenung dan memperhatikan serta
kata-kata yang lain. Kata-kata ini menunjukkan betapa pentingnya kegiatan
berpikir dalam kehidupan manusia. Selain berguna untuk membedakan manusia dari makhluk lain,
juga mengarahkan manusia kepada kesempurnaan hidup.
Kitab Nashoihul
Ibad karya Ibnu Hajar Al-Ashqolani disebutkan, menurut pendapat jumhur
ulama berpikir akan membawa manusia menuju kesempurnaan. Dan berpikir dapat dilakukan dengan lima hal :
Pertama, berpikir dalam
hubungannya dengan tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, sehingga
melahirkan ilmu dan keyakinan tentang Keagungan Allah. Diantara upaya untk ini
adalah dengan memperhatikan, memahami, dan merenungkan penciptaan diri manusia
dan alam sekitarnya. Allah berfirman,”Dan di bumi terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yakin kepada Allah dan pada diri kalian, tidakkah kalian
memperhatikan? (Q.S. 51:20-21)”
Kedua, berpikir tentang
nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia, sehingga melahirkan rasa
cinta dan syukur kepada-Nya. Rasa cinta terhadap nikmat Allah akan tercermin
dalam perilaku dan selalu mengutamakan kewajiban terhadap Allah di atas
kepentingan pribadi.
Ketiga, berpikir tentang
janji-janji Allah dan meyakini bahwa janji Allah itu pasti, karenanya akan
lahirlah rasa cinta dan rindu akan Allah, hidup sellau optimistis, dan
selalu menjadikan Alah sebagai sebab sari segala sesuatu. Allah memberikan apa
yang dimaksud dengan kasab, dengan ini manusia akan rajin berusaha dan meyakini
bahwa Allah akan memberikan suatu sesuai dengan kadar usahanya. Kalau
seseorang itu tekun bekerja dan berdoa, tentu dia akan mendapatkan hasil sesuai
dengan yang diusahakan. Allah berfirman, “Allah menjanjikan orang-orang beriman
dan beramal saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang terdahulu berkuasa.”
Keempat, berpikir tentang
ancaman Allah sehingga melahirkan rasa takut. Rasa takut akan ancaman Allah
akan membuat seorang hamba takut berbuat maksiat kepada Allah, sehingga akan
hati-hati dalam melangkah dan berbuat, ia selalu menjaga hati, pikiran dan akan
selalu berprasangka baik kepada Allah.
Kelima, berpikir tentang sejauh mana
ketaatannya kepada Allah sehingga melahirkan gairah untuk beribadah. Karena
ibadah merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah
merupakan cerminan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.
Dengan berpikir dalam lima hal tersebut,
seseorang diharapkan akan mencapai kemampuan intelektual, mental, dan
spiritual yang berguna dalam menjalani hidupnya. Bukan hanya untuk dirinya,
melainkan juga untuk lingkungannya. Dengan ilmu dan kemampuannya, ia dapat
beroleh kebaikan tidak hanya di dunia tetapi juga kelak di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar