Implementasi Guru Kreatif
dan berkarakter
melalui pendekatan Happy
Learning
Heppy learning (belajar menyenangkan)
Heppy learning adalah belajar yang
menyenangkan, sedangkan pendekatan diartikan sebagai sebuah konsep keilmuan
yang digunakan oleh para peneliti dalam mencari kebenaran hasil penelitian,
misalnya pendekatan sosiologis, psikologis dan historis.
a. Pendekatan sosilologis
secara sederhana, bahwa arti sosiologi dapat dipahami sebagai suatu disiplin
ilmu tentang keadaan masyarakat yang lengkap dengan struktur, lapisan, serta
berbagai gejala sosial yang saling berhubungan. Masyarakat
adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis
oleh orang lain atau umum.
Dalam sejarah perkembangannya, sosiologi termasuk
kedalam disiplin ilmu yang masih muda usianya(dalam perspektif barat). Berawal
dari pendapat Ibn Khaldun, dengan konsep pemikirannya yang sudah menjurus
kepada pemahaman terhadap gejala sosial yang berkembang di daerah arab dan
beberapa daerah lain sekitarnya, menyusul kemudian pendapat Comte dengan objek
pengamatan yang sama yaitu masyarakat, dan diteliti dengan metode ilmiah.
Akhirnya di tangan Comte lahir suatu cabang ilmu yang diperkenalkannya dengan
nama”sosiologi”.
b. Pendekatan psikologis
Psikologi sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di
peroleh dengan pendekatan ilmiah, dan
merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh
karenanya sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah
berdasarkan data empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis,
( Morgan, dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di
kaitkan dengan kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi pengertian
psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama
psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai
“ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai
“kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah
laku” organism.
c. Pendekatan historis
Historis artinya sejarah,
menurut Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu
susunan pengetahuan (a body of knowledge)
tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa
lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur,
dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai
ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta
pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah
suatu disiplin, cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan
dan mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.
Selanjutnya Happy Learning secara harfiah berarti
pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan dari sudut lain, happy learning
merupakan sebuah sifat dan karakter pembelajaran yang berbasis pada asumsi
bahwa pada dasarnya manusia lebih suka diperlakukan dengan cara yang halus,
bukan dengan cara yang kasar, dengan cara yang menggembirakan bukan menakutkan.
Pendekatan happy learning ini muncul sebagai respon terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat yang ingin diperlakukan secara adil,
manusiawi, demokratis, egaliter, dan terbuka. Tuntutan ini sejalan dengan
situasi dunia internasional tentang semakin kuatnya desakan terhadap penegakkan
hak-hak asasi manusia sebagai akibat dari terjadinya kemerdekaan dari
bangsa-bangsa terjajah. Dalam prakteknya happy learning ini diwujudkan
dalam model pembelajaran yang mengundang peserta didik untuk partisipatif,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang selanjutnya dikenal dengan
istilah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan).
PAIKEM juga
memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap,
pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi”
guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk
mengimplementasikan:
1. Pembelajaran
Aktif
Secara
harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic”
(Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan
segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang
memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental,
emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan
melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar
merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan
demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses
belajarnya sendiri.
2. Pembelajaran
Inovatif
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan
fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan
media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses
pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi
mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan
pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.
3. Pembelajaran Kreatif
Kreatif
(creative) berarti menggunakan hasil ciptaan/kreasi baru atau yang
berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna
tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan
dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara
kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan
kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya
belajar siswa.
4. Pembelajaran
Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective /
berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya
pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan
memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses
pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam
refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung
oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis
kelas atau penilaian authentic yang lebih
menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS
UNICEF : 2006).
5. Pembelajaran
Menyenangkan
Pembelajaran
yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya
berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan
yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah
pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik.
Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation(motivasi abtin), yaitu dorongan
keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Selain
itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir,
mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk
mengembangkan potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan
kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi
dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
Adapun
ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah sebagai berikut:
a.
Adanya
lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress),
aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
b.
Terjaminnya ketersediaan
materi pelajaran dan metode yang relevan;
c.
Terlibatnya semua indera
dan aktivitas otak kiri dan kanan;
d.
Adanya situasi belajar
yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir
jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
e.
Adanya situasi belajar
emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor,
dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang antusias
Maka berbagai hal yang terkait dengan kepuasan
peserta didik yang memuaskan harus dipersiapkan, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Hal-hal yang bersifat fisik misalnya berupa bangunan yang
kokoh dengan desain dan warna cat yang menyenangkan hati anak, tempat duduk
yang nyaman, ruangan yang bersih, tertib, aman, nyaman, dan ber-AC, sistem
jaringan informasi yang lengkap dan canggih dan membahagiakan anak, sarana
transportasi yang mudah di akses, bahan-bahan bacaan yang lengkap, dan lingkungan
yang kondusif bagi pertumbuhan kepribadian anak. sedangkan hal-hal yang
bersifat non fisik antara lain berupa pelayanan yang profesional, ramah,
santun, simpatik, bersahabat, disiplin, adil, humanis, egaliter, dll.
Tujuh komponen
inti dalam happy learning:
1.
Kurikulum
yang berpusat pada anak didik.
Satu pendekatan pendidikan di mana kurikulum,
aktivitas pengajaran, pembelajaran dan penilaian adalah berfokuskan kepada
murid.
Ciri-ciri adalah sebagai berikut:
a.
Murid
memainkan peranan penting
b.
Komunikasi
dua arah.
c.
Guru
lebih banyak membahas masalah serta membimbing.
d.
Objektif
pencapaian prestasi murid lebih diutamakan.
e.
Peluang
interaktif di antara murid adalah positif.
2. Pengelolaan dan
organisasi kelas yang sesuai dengan jiwa anak
Kelas merupakan taman belajar bagi peserta didik dan
menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik , intelektual
, maupun emosional (Ahmad 1995:14). Oleh karena itu kelas harus dikelola
sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan tempat belajar yang menyenangkan;
a.
Syaratnya
adalah
1)
Ruang
harus Rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
2)
Cukup
cahaya yang meneranginya
3)
Sirkulasi
Udaranya cukup
4) Perabot dalam keadaan baik,
cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi
5)
Jumlah
murid tidak lebih dari 40 orang
b.
Menata
perabotan kelas
1)
Papan
tulis
2) Meja kursi Guru
3) Alamri Kelas
4) Jadwal Pelajaran
5) Papan Absensi
6) Daftar piket kelas
7) Kalender pendidikan
8) Gambar alat peraga
9) Tempat cuci tangan
10)Tempat sampah
- Proses belajar mengajar yang berpusat pada anak
Guru-guru yang
menggunakan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa cenderung menciptakan
lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Suasana kelas yang
hangat, mendukung.
Dalam suasana ini, guru mengijinkan siswa untuk
mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa,
maka siswa akan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
b. Para siswa diminta untuk
hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat.
Guru harus menjelaskan manfaat apa yang
akan diperoleh siswa jika mereka mengarjakan apa yang diminta oleh guru.
c. Para siswa selalu diminta
untuk mengerjakan yang terbaik yang dapat mereka lakukan.
Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah
pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkan serta keyakinannya
bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya.
d. Para siswa diminta untuk
mengevaluasi pekerjaannya.
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas
pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, berdasarkan hasil evaluasi
itulah siswa mengetahui bagaimana pekerjaannya serta dapat mengulangi prosesnya
sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
e. Kualitas pekerjaan yang
baik selalu menimbulkan perasaan senang.
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas baik.
- Bahan pengajaran yang cukup dan tepat
Bahan pengajaran adalah satu bentuk komunikasi
bertujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, mempengaruhi dan menghibur. Tugas
pengajar untuk memberitahu atau menyampaikan satu himpunan maklumat atau fakta kepada
murid-murid. (Kamarudin Husin: 1989)
Bahan
pengajaran atau materi pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan (fakta,
informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur, keadaan dan
syarat syarat) dan faktor sikap.
Dasar
yang dipakai dalam memilih bahan atau materi pelajaran menurut A. Samana
terdiri dari:
1. Tujuan
instruksional umum
2. ingkat
pengembangan dan intelektual anak
3. Pengalaman
anak dan
4. Alokasi
waktu
Sementara itu Suharsimi Arikunto mengemukakan dasar pemilihan materi pelajaran sebagai
berikut:
1. Tujuan
2. Keadaan siswa
3. Situasi setempat
4. Tersedianya waktu dan fasilitas
Dari kedua pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa dasar pemilihan materi adalah sebagai berikut:
1. Tujuan instruksional umum
2. Tingkat pengembangan siswa
3. Pengalaman siswa
4. Tersedianya waktu dan fasilitas.
- Peran guru.
Pengertian guru
sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu terus
ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh. Guru
dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi arti yang paling
tepat adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
McLeod, (1989)
berasumsi guru adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata
mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :
a.
Menularkan pengetahuan dan
kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitip).
b.
Melatih ketrampilan jasmani kepada
orang lain (psikomotorik)
c.
Menanamkan nilai dan keyakinan
kepada orang lain (afektip)
Guru adalah
pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini.
jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti
ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas,
setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang
guru.
Jadi pengertian
guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaanya utamanya mengajar (UUSPN tahun
1989 Bab VII pasal 27 ayat 3)
Selain siswa,
faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan
penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam
Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam
proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga
bertindak sebagai pengamat.
Menurut tinjauan psikologi,kepribadian
berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yang
membedakan dirinya dari yang lain. McLeod (1989) mengartikan kepribadian
(personality) sebagai sipat yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal
ini kepribadian adalah karakter atau identitas.
- Perbaikan
a. Pemantauan
1) Pemantauan proses
pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2) Pemantauan dilakukan
dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawacara, dan dokumentasi.
3) Kegiatan pemantauan
dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
b. Supervisi
1) Supervisi proses pembelajaran
dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2) Supervisi pembelajaran
diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan
konsultasi
3) Kegiatan supervisi
dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
c. Evaluasi
1) Evaluasi proses
pembelajaran dilakukan untuk
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2) Evaluasi proses pembelajaran
diselenggarakan dengan cara: [a] membandingkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan standar proses, dan [b] mengidentifikasi kinerja guru
dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
3) Evaluasi proses
pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
d. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi
proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
e. Tindak lanjut
1) Penguatan dan penghargaan
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
2) Teguran yang bersifat
mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
3) Guru diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut.
7.
Hubungan
yang efektif antara sekolah dan keluarga
Hubungan
keluarga dengan sekolah biasanya dibentuk pihak sekolah dengan memberikan
informasi penting kepada orangtua seputar kemampuan anak yang berhasil
dipetakan di sekolah, menyampaikan pentingnya dukungan dari keluarga untuk
keberlangsungan kegiatan belajar anak, sampai kondisi rumah seperti apa yang
kondusif untuk anak belajar. Guru menjadi ujung tombak harmonisnya hubungan
keluarga dengan sekolah, karena gurulah yang bertugas menyampaikan informasi
penting ke orangtua demi terwujudnya kondisi dasar
yang dibutuhkan anak untuk belajar dengan baik di lingkungan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar