Selasa, 14 Januari 2014


Implementasi Guru Kreatif dan berkarakter
melalui pendekatan Happy Learning

Heppy learning (belajar menyenangkan)
Heppy learning adalah belajar yang menyenangkan, sedangkan pendekatan diartikan sebagai sebuah konsep keilmuan yang digunakan oleh para peneliti dalam mencari kebenaran hasil penelitian, misalnya pendekatan sosiologis, psikologis dan historis.
a.    Pendekatan sosilologis secara sederhana, bahwa arti sosiologi dapat dipahami sebagai suatu disiplin ilmu tentang keadaan masyarakat yang lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala sosial yang saling berhubungan. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Dalam sejarah perkembangannya, sosiologi termasuk kedalam disiplin ilmu yang masih muda usianya(dalam perspektif barat). Berawal dari pendapat Ibn Khaldun, dengan konsep pemikirannya yang sudah menjurus kepada pemahaman terhadap gejala sosial yang berkembang di daerah arab dan beberapa daerah lain sekitarnya, menyusul kemudian pendapat Comte dengan objek pengamatan yang sama yaitu masyarakat, dan diteliti dengan metode ilmiah. Akhirnya di tangan Comte lahir suatu cabang ilmu yang diperkenalkannya dengan nama”sosiologi”.
b.    Pendekatan psikologis
Psikologi sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di peroleh  dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan, dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai
 “ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organism.
c.     Pendekatan historis
Historis artinya sejarah, menurut Ismaun menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin, cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan mewariskan pengetahuan mengenai masa lalu suatu masyarakat tertentu.
Selanjutnya Happy Learning secara harfiah berarti pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan dari sudut lain, happy learning merupakan sebuah sifat dan karakter pembelajaran yang berbasis pada asumsi bahwa pada dasarnya manusia lebih suka diperlakukan dengan cara yang halus, bukan dengan cara yang kasar, dengan cara yang menggembirakan bukan menakutkan. Pendekatan happy learning ini muncul sebagai respon terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat yang ingin diperlakukan secara adil, manusiawi, demokratis, egaliter, dan terbuka. Tuntutan ini sejalan dengan situasi dunia internasional tentang semakin kuatnya desakan terhadap penegakkan hak-hak asasi manusia sebagai akibat dari terjadinya kemerdekaan dari bangsa-bangsa terjajah. Dalam prakteknya happy learning ini diwujudkan dalam model pembelajaran yang mengundang peserta didik untuk partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang selanjutnya dikenal dengan istilah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan:
 1.  Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.  Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan  semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk  bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.
2.  Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif  dapat  menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
3.  Pembelajaran Kreatif  
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan/kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
 4.  Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang  “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006).
5.  Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation(motivasi abtin), yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan  potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah sebagai berikut:
a.         Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
b.        Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
c.         Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
d.        Adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh  ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
e.        Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang antusias
Maka berbagai hal yang terkait dengan kepuasan peserta didik yang memuaskan harus dipersiapkan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Hal-hal yang bersifat fisik misalnya berupa bangunan yang kokoh dengan desain dan warna cat yang menyenangkan hati anak, tempat duduk yang nyaman, ruangan yang bersih, tertib, aman, nyaman, dan ber-AC, sistem jaringan informasi yang lengkap dan canggih dan membahagiakan anak, sarana transportasi yang mudah di akses, bahan-bahan bacaan yang lengkap, dan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kepribadian anak. sedangkan hal-hal yang bersifat non fisik antara lain berupa pelayanan yang profesional, ramah, santun, simpatik, bersahabat, disiplin, adil, humanis, egaliter, dll. 

Tujuh  komponen inti dalam happy learning:
1.    Kurikulum yang berpusat pada anak didik.
Satu pendekatan pendidikan di mana kurikulum, aktivitas pengajaran, pembelajaran dan penilaian adalah berfokuskan kepada murid.
Ciri-ciri adalah sebagai berikut:
a.     Murid memainkan peranan penting
b.     Komunikasi dua arah. 
c.     Guru lebih banyak membahas masalah serta membimbing.
d.     Objektif pencapaian prestasi murid lebih diutamakan.
e.     Peluang interaktif di antara murid adalah positif.
2.  Pengelolaan dan organisasi kelas yang sesuai dengan jiwa anak
Kelas merupakan taman belajar bagi peserta didik dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik , intelektual , maupun emosional (Ahmad 1995:14). Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan tempat belajar yang menyenangkan;
  a.    Syaratnya adalah
1)    Ruang harus Rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
2)    Cukup cahaya yang meneranginya
3)    Sirkulasi Udaranya cukup
4)    Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi
5)    Jumlah murid tidak lebih dari 40 orang
b.    Menata perabotan kelas
1)    Papan tulis
2)    Meja kursi Guru
3)    Alamri Kelas
4)    Jadwal Pelajaran
5)    Papan Absensi
6)    Daftar piket kelas
7)    Kalender pendidikan
8)    Gambar alat peraga
9)    Tempat cuci tangan
10)Tempat sampah
  1. Proses belajar mengajar yang berpusat pada anak
Guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Suasana kelas yang hangat, mendukung.
Dalam suasana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswa akan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
b.    Para siswa diminta untuk hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat.
      Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengarjakan apa yang diminta oleh guru.
c.     Para siswa selalu diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang dapat mereka lakukan.
Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkan serta keyakinannya bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya.
 d.    Para siswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannya.
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, berdasarkan hasil evaluasi itulah siswa mengetahui bagaimana pekerjaannya serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
e.      Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang.
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik.  

  1. Bahan pengajaran yang cukup dan tepat
Bahan pengajaran adalah satu bentuk komunikasi bertujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, mempengaruhi dan menghibur. Tugas pengajar untuk memberitahu atau menyampaikan  satu himpunan maklumat atau fakta kepada murid-murid. (Kamarudin Husin: 1989)
Bahan pengajaran atau materi pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur, keadaan dan syarat syarat) dan faktor sikap.
Dasar yang dipakai dalam memilih bahan atau materi pelajaran menurut A. Samana terdiri dari:
1.  Tujuan instruksional umum
2.  ingkat pengembangan dan intelektual anak
3.  Pengalaman anak dan
4.   Alokasi waktu
Sementara itu Suharsimi Arikunto mengemukakan dasar pemilihan materi pelajaran sebagai berikut:
1.  Tujuan
2.  Keadaan siswa
3.  Situasi setempat
4.  Tersedianya waktu dan fasilitas
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dasar pemilihan materi adalah sebagai berikut:
1.  Tujuan instruksional umum
2.  Tingkat pengembangan siswa
3.  Pengalaman siswa
4.  Tersedianya waktu dan fasilitas.

  1. Peran  guru.
Pengertian guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh. Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi arti yang paling tepat adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :
a.         Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitip).
b.         Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)
c.          Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektip)
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini.
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaanya utamanya mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3)
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.
Menurut tinjauan psikologi,kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau identitas.

  1. Perbaikan
a.    Pemantauan
1)    Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2)    Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawacara, dan dokumentasi.
3)    Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
b.     Supervisi
1)    Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2)    Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi
3)    Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
c.     Evaluasi
1)      Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2)      Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: [a] membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan [b] mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan  kompetensi guru.
3)      Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
d.    Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
 e.    Tindak lanjut
1)      Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
2)      Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
3)      Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut.

7.       Hubungan yang efektif antara sekolah dan keluarga
Hubungan keluarga dengan sekolah biasanya dibentuk pihak sekolah dengan memberikan informasi penting kepada orangtua seputar kemampuan anak yang berhasil dipetakan di sekolah, menyampaikan pentingnya dukungan dari keluarga untuk keberlangsungan kegiatan belajar anak, sampai kondisi rumah seperti apa yang kondusif untuk anak belajar. Guru menjadi ujung tombak harmonisnya hubungan keluarga dengan sekolah, karena gurulah yang bertugas menyampaikan informasi penting ke orangtua demi terwujudnya kondisi dasar yang dibutuhkan anak untuk belajar dengan baik di lingkungan keluarganya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar