Contoh Kasus Bimbingan Konseling
(BK)
DESKRIPSI KASUS 1
Jojon (bukan
nama sebenarnya) adalah siswa SMU Favorit Purwakarta yang barusan naik kelas II.
Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di
desa pedalaman 17 km di luar kota
Purwakarta, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP
anaknya melanjutkan ke SMU di Purwakarta; orang tua sebetulnya berharap agar
anaknya tidak perlu susah-susah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat
pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah.
Pertimbangan wali kelasnya karena Jojon terbilang cerdas
diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU
favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Jojon bangga sebagai anak
desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya
yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda
dengan latar belakang Jojon. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya
tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat,
pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama
perasaan ditolak, terisolir, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap
dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar
malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak
ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding
teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar
menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana
mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan
makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
MEMAHAMI
JOJON DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut
pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang
luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi
demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri,
orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya.
Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manusiawi) seluruh kehidupannya,
akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara
tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai
kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang
justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya
sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang
diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya
: pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau
apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku
rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah
dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan
diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan
kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi,
mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak
berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya
tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan
menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang
bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya :
semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak
senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya,
karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya.Saya pantas
menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Jojon sebetulnya terlahir
dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan
oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada
konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan /
mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di
SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan
penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah
berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan
yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder,
pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang
sebetulnya tidak perlu terjadi.
TUJUAN DAN
TEKNIK KONSELING
Jika
pemikiran Jojon yang tidak logis /realistis (tentang konsep dirinya dan
pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya.
Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Jojon
yang melatar-belakangi ketakutan / kecemasannya yaitu konsep dirinya
yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih
bernuansa otoritatif : memanggil Jojon, mengajak berdiskusi dan konfrontasi
langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional /
logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara
tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta
bibiografi terapi.
Konseling
kognitif : untuk menunjukkan bahwa Jojon harus membongkar pola pikir irasional
tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah
jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi
nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan
asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan
sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR
melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang
berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung,
tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya
berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas
dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci,
memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40
orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja
yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua/ setiap orang setiap
saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan
dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling
emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Jojon dengan menggunakan teknik
penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran,
dan pelepasan beban agar Jojon melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak
rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik
kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang
negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Jojon yang irasional/tak logis
kontrak reinforcement/penguatan, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
DESKRIPSI KASUS 2
Nana merupakan siswa kelas XI SMK Plus Pertiwi Kuningan yang barusan naik
kelas XII. Ia berasal dari keluarga yang terbilang cukup secara sosial ekonomi
di desa Wanasaraya Kec. Kalimanggis , sebagai anak Kedua semula orang tuanya
sangat ingin sekali setamat SLTP anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi; Nana dengan keinginanya sendiri akhirnya melanjutkan di SMK Swasta yang
terdapat di kuningan namun dia juga sebenarnya dia merasa menyesal yang di
kiranya dia daftar di SMK Pertiwi Malah di SMK Plus Pertiwi yang ada di
sukamulya. Akan tetapi lama – kelamaan Nana mulai terbiasa dan akhirnya merasa
betah di SMK tersebut. Sejak diterima di SMK Tersebut Nana bangga bisa
melanjutkan ke SMK, setelah Nana mulai naik ke kelas XII dia mulai bingung
mengenai karir yang akan ditempuhnya setelah lulus nanti. Di dalam dirinya
terjadi dua pilihan karir yaitu bergelut di bidang otomotif atau computer,
memang jurusan yang di tempuhnya bergelut di bidang otomotif, namun dia juga
tertarik dengan bidang komputer. Makin lama perasaan itu makin
sering difikirkan yang akhrinya Nana sering melamun bahkan yang tadinya tipe
anak ceria sekarang jadi pendiam.
Langkah
Bimbingan & Konseling (penyuluhan/pemberian nasihat).
A. Bimbingan
Karir (pembawa) bagi siswa
Menurut Ruslan Abdulgani bimbingan
karir adalah “suatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap individu
(siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya dan
dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan
yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu keputusan”
Layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing kepada
klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Dibawah ini akan diuraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu
sebagai berikut:
- Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir atau pekerjaan untuk memperoleh penyesuaian sebaik-baiknya dengan masa depannya.
- Bimbingan karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja diluar, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat :
a. Memilih bidang pekerjaan
b. Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan
c. Membina karir dalam bidang tersebut
d. Bimbingan karir adalah program pendidikan yang merupakan layanan terhadap
siswa agar siswa:
· Mengenal dirinya sendiri
· Mengenal dunia kerja
· Dapat memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan
· Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkan disamping
pekerjaan untuk mencari nafkah
- Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya dimasa mendatang
Dari keempat pendapat tersebut diatas mengenai bimbingan karir ini terdapat
perbedaan perbedaan dalam penyampaiannya, namun terdapat persamaan-persamaan
mengenai :
a. Bantuan, layanan, dan cara pendekatan
b. Individu, seseorang, siswa dan remaja
c. Masalah karir, penyesuaian diri, persiapan pemahaman diri, dan pengenalan
dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk kehidupan yang diharapkan, serta
pemilihan keputusan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.
B.
Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa
Karir bagi
siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai
dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan.Untuk membentukan hal
demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan pada
pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di
masyarakat. Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah
semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat
terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh
Dewa Ketut Sukardi mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang terdiri dari
sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari teorinya. 10 butir tersebut antara lain:
- Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan
- Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya
- Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
- Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu
- Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
- Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
- Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya
- Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
- Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
- Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.
Dari dasar teori tersebut tidaklah
mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor,
karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah
mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan
dari konselor.
Upaya
Mengatasi Masalah Pemilihan Karir Siswa
Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir
amatlah ditentukan dari kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan
memberikan keyakinan kepada siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki
serta mampu mengarahkan siswa menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya
tersebut. Dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru
pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk
berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
b. Sikap positif dan wajar
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan
d. Pemahaman siswa secara empatik
e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
f. Penampilan diri secara asli dihadapan siswa
g. Kekongkritan dalam menyatakan diri
h. Penerimaan siswa secara apa adanya
i. Perlakuan siswa secara premisive.Kepekaan terhadap parasaan yang dinyatakan
oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu
j. Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus
Kesadaran
bahwa tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang
lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka
tidak akan kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ketempat yang
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar