MAKNA KAPITA SELEKTA
PENDIDIKAN
Mengupas judul
mata kuliah berdasarkan arti dalam kamus
umum;
Kapita ............................. Kepala
...................... orang
...............
jiwa
Selekta -------------------- Bunga Rampai
-----------------
Antologi
------------
Senarai
Penjelasan;
Bunga Rampai adalah 1.
Beberapa jenis bunga harum
yg dicampur;
2.
Kumpulan karangan atau cerita pilihan;
3.
Kumpulan lagu pilihan;
bunga rampai bukan salah satu jenis bunga, tapi kumpulan bunga2 untuk
ritual (sesajen, atau tabur bunga). namun karena penyerapan bahasa indonesia,
maka istilah "bunga rampai" sering digunakan untuk menyebutkan
kumpulan (mis. bunga rampai sastra indonesia)
Antologi, secara
harfiah diturunkan dari kata bahasa
Yunani yang berarti "karangan bunga" atau "kumpulan
bunga", adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi
ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi
juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita
pendek, novel
pendek, prosa, dan
lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang
artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga
tergolong antologi.
Senarai, Daftar Barang, Daftar harga
Kapita selekta
: adalah kumpulan karangan yang masing-masing menguraikan sesuatu persoalan,
tetapi persoalan yang diuraikan itu termasuk dalam lingkungan sesuatu ilmu
pengetahuan.(J.C.T. Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2002).
Arti Pendidikan ; Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat dan bangsanya. ( UU sisdiknas no. 20 tahun 2003 bab I,
pasal 1)
Banyak orang sudah mengetahui bahwa ternyata potensi
yang dimiliki oleh otak manusia itu sungguh luar biasa. Tapi sayangnya potensi
itu hanya tinggal potensi. Sebagian besar manusia belum bisa menggunakan dan
memanfaatkan kehebatan potensi otak yang dimilikinya. Sebagian besar metode dan
suasana pembelajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru kita tampaknya
banyak menghambat daripada memotivasi potensi otak. Oleh karena itu perlu
adanya proses kreatif pada pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Para
ahli pendidikan perlu merumuskan kembali paradigma dan visi pendidikan kita.
Paradigma dan visi pendidikan yang cocok bagi tantangan zaman
sekarang ini yaitu seperti yang pernah dibahas oleh UNESCO (United
Nations Educational) dalam World Education Forum dalam
mempersiapkan pendidikan manusia abad ke-21. Pendidikan hendaknya mengubah
paradigma teaching (mengajar) menjadi learning (belajar).
Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi “proses
bagaimana belajar bersama antara guru dan peserta didik”.Guru dalam konteks ini
juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah, meminjam
istilahnya Ivan Illich, menjadi learning
society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini,peserta didik tidak lagi
disebut pupil (siswa), tapi learner (yang
belajar).
Paradigma pendidikan versi UNESCO ini sangat jelas berdasarkan pada paradigma
learning, tidak lagi pada teaching.
Keempat paradigma pendidikan ini disebut sebagai soko
guru dari manusia abad ke 21 menghadapi arus informasi dan kehidupan yang terus
menerus berubah.
Pertama, learning to
think (belajar untuk berpikir). Ini berarti pendidikan berorientasi pada
pengetahuan logis dan rasional sehingga learner berani menyatakan pendapat dan
bersikap kritis serta memiliki semangat membaca yang tinggi. Proses belajar
yang terus menerus terjadi seumur hidup ialah belajar bagaimana berpikir.
Dengan sendirinya belajar yang hanya “membeo” tidak mempunyai tempat lagi di
dalam era globalisasi. Sehubungan dengan itu maka penguasaan bahasa digital
telah harus dikuasai oleh anak-anak kita karena dengan demikian dia dapat
memasuki dunia tanpa batas. Dengan demikian konsep belajar dan pembelajaran
harus diubah dan membuka pintu kepada teknologi pembelajaran modern sungguhpun
tetap dibutuhkan pendidikan tatap muka oleh orang tua, guru, dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya di dalam rangka pembentukan akhlak
manusia abad ke21.
Kedua, learning to do
(belajar untuk melakukan/berbuat/hidup). Pada abad ke-21 menuntut
manusia-manusia yang bukan hanya berpikir tetapi manusia yang berbuat. Manusia
yang berbuat adalah manusia yang ingin memperbaiki kualitas kehidupannya.
Dengan berbuat dia dapat menciptakan produk-produk baru dan meningkatkan mutu
produk-produk tersebut. Tanpa berbuat pemikiran atau konsep tidak mempunyai
arti. Aspek yang ingin dicapai dalam visi ini adalah keterampilan seseorang peserta
didik menyelesaikan problem keseharian. Dengan kata lain pendidikan diarahkan
pada how to solve the problem.
Ketiga, learning to
live together (belajar untuk hidup bersama). Disini pendidikan diarahkan
pada pembentukan seorang peserta didik yang berkesadaran bahwa kita ini hidup
dalam sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa
dengan latar belakang etnik, agama dan budaya. Di sinilah pendidikan akan
nilai-nilai perdamaian, penghormatan
HAM, pelestarian lingkungan hidup, toleransi, menjadi
aspek utama yang mesti menginternal dalam kesadaran learner.
Keempat, learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri).
Pendidikan ini menjadi sangat penting mengingat masyarakat modern saat ini
tengah dilanda suatu krisis kepribadian. Orang sekarang biasanya lebih melihat
diri sebagai what you have, what you wear, what you eat, what you drive (apa yang Anda miliki, apa yang Anda kenakan,
apa yang Anda makan, apa yang Anda mengemudi), dan lain-lain. Karena itu pendidikan
hendaknya diorientasikan pada bagaimana seorang peserta didik di masa depannya
bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang mandiri, memiliki harga diri
dan tidak sekadar memiliki materi-materi dan jabatan-jabatan politis.
Paradigma pendidikan tersebut di atas bila disimpulkan
akan diperoleh kata kunci berupa “learning
how to learn” (belajar bagaimana belajar). Sehingga pendidikan tidak hanya
berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif (pemahaman)
saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik bisa
belajar dari lingkungan, dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari
kekayaan dan luasnya hamparan alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap
kreatif dan daya berpikir imaginatif.
UNSUR/KOMPONEN PENDIDIKAN
1.
peserta
didik
2.
pendidik
3.
kurikulum
4. sarana-prasarana
5. proses belajar- mengajar
6. media belajar
FILOSOFI PENDIDIKAN
Disadari bahwa pendidikan merupakan suatu kekuatan
yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan
fisiknya, mentalnya, emosionalnya, sosialnya, dan etiknya.
TUJUAN PENDIDIKAN:
-
UUD
1945 Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dinamis dalam mempengaruhi
seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu. secara umum dan sangat
mendasar.
-
Driyarkara
(1980) mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.
Pengangkatan manusia muda ke taraf insani itulah yang menjelma dalam semua
perbuatan mendidik.
-
Pendidikan
dipandang sebagai komunikasi keberadaan (eksistensi) manusiawi yang otentik
kepada manusia muda, agar dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Komunikasi
ini terlaksana dalam kesatuan antar pribadi antara pendidik dan anak didik.
PENDIDIKAN NASIONAL
“Keseluruhan komponen Pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “
FUNGSI PENDIDIKAN
-
Mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
-
Mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggung jawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar