Jumat, 22 November 2013



PENDIDIKAN ISLAM HOLISTIK  KOMPREHENSIF
A.   Dampak dari kemajuan zaman.
1.    Era globalisasi:
a.       Integrasi Ekonomi, adalah sebuah kondisi dimana perdagangan terbuka atau pasar bebas antar bangsa membawa segala produk kebutuhan yang dapat mempengaruhi bangsa indonesia yang berakibat timbulnya persaingan tidak sehat.   
b.      Fragmentasi Politik, adalah sebuah kondisi dimana setiap individu semakin menuntut untuk diperlakukan secara lebih adil, demokratis, manusiawi dan egaliter (kedudukan yang sama), tuntutan ini dilakukan dengan alasan hak azasi manusia dengan cara anarkis, main hakim sendiri. 
c.       High Tecknology, (teknologi tinggi) adalah penggunaan alat komikasi berteknologi tinggi, bisa berhubungan jarak jauh yang dapat mengubah interaksi penyalahgunaan peralatan teknologi yang dapat merusak moral untuk melakukan tindakan kriminal.  
d.      Interdependensi (saling ketergantungan), adalah sebuah keadaan antar bangsa di dunia saling membutuhkan hidup satu sama lainya hingga terjadi saling mendominasi hingga timbulnya penjajahan.
e.      New colonization in culture (kolonisasi budaya baru), adalah keadaan dimana suatu bangsa lebih menguasai bangsa lain karena didukung peralatan teknologi canggih hingga budaya barat yang hedonistik (kesenangan), matrialistik (mementingkan kebendaan semata), pragmatis dan sekuralistik mendominasi kehidupan bangsa indonesia.
2.    Masyarakat urban.
Ingin mengubah kehidupan dikota dengan serba cepat dan instan, ikut bersaing memperebutkan kebutuhan hidup yang makin tinggi yang tidak didukung dengan keahlian, keterampilan, pengetahuan dan mental, hal ini mengakibatkan tidak dapat menguasai diri, stres karena kegagalan. Untuk mengatasinya, yaitu keluar dari rasional dengan cara datang pada seorang paranormal.
3.    Pembangunan
Pembangungan lebih menekankan pada fisik semata dengan maksud membuka lapangan kerja, pembangungan ini tidak seimbang dengan populasi tenaga kerja yang tumbuh begitu cepat, menjadikan tenaga kerja menjadi pada posisi daya tawar yang rendah sehingga terjadi dehumanisasi dan dis lokasi.

4.    Budaya hipokrit (munafik)
Menghalalkan segala cara dengan cara berbohong, satu sisi dia menjalankan ibadah, tapi disi lain masih senang juga dengan berbuat maksiat atau berprilaku yang merugikan orang lain.
5.    Kehidupan individualistik dan banyak menyimpan rahasia.
Hidup menyendiri menyimpan perasaan yang berlebihan  dengan mengisolir diri dari kehidupan nyata dapat menyebabkan mencari kehidupan lain sebagai pelarian misalnya minum alkohol dan menggunakan narkoba.
B.      Pengertian Pendidikan Holistik
Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukanlah hal yang baru bagi dunia  pendidikan di Indonesia, bila melihat dari sejumlah jumlah mata pelajaran terdapat pendidikan umum dan pendidikan Agama Islam, kedua kelompok mata pelajaran saat ini berjalan secara terpisah. Untuk menyatukan keduanya diperlukan  melaksanakan pendidikan holistik.
Holistik adalah saduran kata dari bahasa Inggris yaitu “Holistic”. Holistik adalah saduran kata dari bahasa Inggris yaitu “Holistic” yang menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan antara satu dengan bagian yang lainya .
Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan, maka mempunyai arti layanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual mendapat perhatian yang seimbang
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan (pandangan hidup seseorang dalam upaya mengembangkan potensi fisik, karsa, cipta maupun rasa menjadi nyata) yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. 
Dalam dunia Islam, terminologi holistik dapat diwakili dengan istilah kaffah. Istilah ini seperti termaktub dalam al-Quran:
“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan...” (Q.S. al-Baqarah/2: 208)
Bentuk yang sebaik-baiknya tersebut, menurut Ibnu Thufail, merupakan ketiga aspek fundamental dalam pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, maupun psi komotorik. Ketiganya merupakan syarat utama bagi tercapainya tujuan pendidikan yaitu mewujudkan manusia seutuhnya dengan memadukan pengetahuan alam melalui penelitian diskursif, dan pengetahuan agama yang berdasarkan wahyu melalui para Nabi dan Rasul, sehingga mewujudkan sosok yang mampu menyeimbangkan kehidupan vertikal dan kehidupan horizontal sekaligus.
Definisi pendidikan holistik lainnya dikemukakan oleh para sarjana muslim pada Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam,  menyatakan bahwa:
Pendidikan harus bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan, dan indera. Karena itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan Muslim teietak dalam perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.
Maksudnya kurang lebih, seperti dinyatakan oleh Akhmad Sudrajat sebagai berikut:
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang dan perdamaian.
Istilah pendidikan holistik muncul dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan tersebut, holistik di definisikan sebagai cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas.
C.      Tujuan Pendidikan holistik.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya: (1) kesadaran; (2) kejujuran; (3) kebebasan atau kemandirian; dan (4) kepercayaan.
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar.
D.       Strategi pembelajaran holistik
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya:
1.       Menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
2.       Prosedur pembelajaran yang fleksibel;
3.       Pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu,
4.       Pembelajaran yang bermakna, dan
5.       Pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling, yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia.
E.       Ciri kurikulum pendidikan holistik
Prof. Dr. H. Qomari Anwar, MA mengatakan ada 10.
1.       Spiritualitas yang merupakan jantung dari setiap proses dan praktik pembelajaran.
2.       Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalam (inner self, sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada pencipta-Nya).
3.       Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi Juga intuitif.
4.       Pembelajaran berkewajiban menumbuhkembangkan potensi kecerdasan ganda.
5.       Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa akan keterkaitannya dengan komunitasnya sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan yang tepat guna.
6.       Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi dan masyarakat non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki kesadaran ekologis.
7.       Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan transdisipliner adalah merupakan cara mengeintegrasikan dan atau mentransformasi bidang-bidang pengetahuan dari multi atau berbagai perspektif untuk meningkatkan pemahaman masalah yang dicoba dipecahkan untuk meningkatkan pilihan di masa mendatang, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.
8.       Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif).
9.       Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh dan berkembang hingga menemukan cakrawala yang luas.
10.   Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik.
F.       Indikator Pendidikan Holistik
Pendidikan holistik memiliki beberapa indikator, yakni ;
1.       Cinta  kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya;
2.       Tanggungjawab,
3.       Didisiplin  dan mandiri jujuran/amanah dan arif;
4.       Hormat dan santun serta dermawan,
5.       Suka menolong dan bergotong royong/kerjasama;
6.       Percaya diri,
7.       Kreatif dan pekerja keras;
8.       Menjadi pemimpinan yang adil, baik, rendah hati dan punya rasa toleransi,
9.       Memiliki Kedamaian dan rasa kesatuan.
Sementara pendekatan pendidikan holistik, lanjut Qomari, membutuhkan suasana belajar yang efektif, menyenangkan, dan dapat mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara holistik  dan komprehensif harus menjadi prioritas untuk diterapkan.
Begitu pula materi pelajaran dan pendidikan yang sifatnya holistik adalah materi yang lebih memperhatikan pada minat dan bakat anak sesuai dengan kecerdasan/potensi yang ada pada diri anak tersebut. Kecerdasan yang dimaksud meliputi pandai mengolah kata; pandai mempersepsikan apa yang dilihat pandai dan peka dalam hal musik; pandai dalam keterampilan olah tubuh dan gerak; pandai dalam sains dan matematika; pandai memahami pikiran dan perasaan orang lain; pandai dan peka dalam mengenali emosi diri sendiri; pandai dan peka dalam mengamati alam.


Kecerdasan Ganda
jenis kecerdasan
kecenderungan /
kegemaran
metode belajar
Bahasa
Gemar :
-  membaca
-  Menulis
-  Bercerita
-  Bermain kata
Membaca, menulis, mendengar
Matematis Logis (kemahiran mengolah angka)
Gemar :
-   bereksperimen
-   tanya jawab
-   menjawawab teka-teki logis
Berhitung, aplikasi rumus, eksperimen
Spatial  (kemampuan atau kecerdasan menggambar dan bervisualisasi).
Gemar :
-  Mendesain
-  Menggambar
-  Berimajinasi
-  Membuat sketsa
Observasi, menggambar, mewarnai, membuat peta
Kinestetik tubuh (belajar sambil berberak)
Gemar :
-  menari
-  berlari
-  melompat
-  meraba
-  memberi isyarat
Membangun, mempraktekan. menari, ekspresi
Musik
Gemar :
-  bernyanyi
-  bersiul
-  bersenandung
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
Interpersonal
Gemar :
-  memimpin
-  berorganisasi
-  bergaul
-  menjadi mediator
Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
Intrapersonal
Gemar :
-  menyusun tujuan
-  meditasi
-  imajinasi
-  membuat rencana
-  merenung
Berfikir filosofi, analitis, berfikir reflektif
Naturalis
Gemar :
-  bermain dengan flora fauna
-  mengamati alam
-  menjaga lingkungan
Observasi alamdan mengidentifikasi karakteristik flora dan fauna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar